Selasa, 28 Desember 2010

Drama Malin Kundang "DENGAN PERUBAHAN"

Malin Kundang

Pemain          :     Malin Kundang
                              Bunda
                              Sang Raja
                              Pengawal Raja
                              Sang Putri Raja

Naskah drama

Alkisah diceritakan pada jaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga kecil yang berada pada suatu desa terpenci ditengah hutan belantara. Keluarga itu adalah keluarga Malin Kundang dan Ibundanya terkasih, namun mereka hidup sangat miskin dan jauh dari keramaian kota. Hingga pada suatu hari mereka bercengkrama :
Malin              :     Bunda, sudah bertahun – tahun Malin hidup bersamamu. Namun baru hari ini Malin melihat Bunda bersedih. Ada apa Bunda?
Bunda            :     tidak Malin, ibu tidak sedang bersedih.
Malin              :     jangan bohong Bunda. Malin tahu jika Bunda tengah memikirkan sesuatu, izinkan Malin mengetahunya Bunda !
Bunda            :     baikalah Malin, sebenarnya Bunda sangat bersedih melihat engkau belum memiliki keluarga.
Malin              :     engaku adalah keluargaku Bunda. Apa yang kurang?
Bunda            :     bukan begitu Malin, Bunda  ingin engkau memiliki istri.
Malin              :     lantas, apa yang Bunda inginkan dari Malin?
Bunda            :     Bunda ingin engkau pergi ke negeri sebrang untuk mencari pasangan hidupmu Malin. Dan cepatlah kembali jika engkau sudah menemukannya!
Malin              :     baiklah Bunda, jika itu keinginanmu, Malin akan mengabulkannya. Tapi Saya mohon doa restumu Bunda (sambil mencium tangan ibunya)

Malin pun pergi merantau sesuai perintah ibunya. Hingga ia tiba disebuah negeri yang terdekat dari tempat tinggalnya. Namun negeri itu tengah berada dalam keadaan kacau balau, karena  rajanya tengah jatuh sakit keras. Sang raja pun membuat suatu sayembara.
Pengawal raja    :     wahai penduduk negeri.  Barang siapa yang berhasih menyembuhkan sang raja akan dinikahkan dengan sang putri dan akan mendapatkan setengah dari wilayah kerajaan.

Karena penasaran, Malin ingin pun mencoba mengikuti sayembara itu.
Sang raja    :  wahai kisanak, siapa namamu? Dari mana datangmu?
Malin           :  saya adalah Malin Kundang paduka, saya dari negeri sebrang.
Sang Raja   :  apa engkau dapat menyembuhkan penyakit ini?
Malin           :  saya akan mencobanya paduka raja.
Sang raja    :  baiklah kisanak, silakan lakukan apapun untuk menyembuhkan penyakit ini. Aku sungguh sudah tidak kuat lagi merasakan rasa sakit ini.

Dan akhirnya ia berhasil menyembuhkan penyakit raja dengan memberi ramuan rahasia yang Malin miliki.
Sang raja    :  engkau memang hebat kisanak, berkat bantuanmu penyakitku kini telah sembuh, sebagai imbalannya, engkau akan kunikahkan dengan anakku satu-satunya dan engkau akan kuberikan tanah wilayah yang telah aku umumkan itu . . .  
Malin           : baiklah paduka, tapi hamba ingin melihat sang putri lebih dahulu.
Sang raja    :  Putri, kemarilah anakku (memanggil sang putri). Putri, ini adalah Malin Kundang. Dia telah menyembuhkan penyakit ayah, apakau mau menikah denganya?
Sang putri   :  baiklah Ayahanda, jika itu kemauanmu, saya akan memenuhinya.

Kabar keberhasilan Malin pun telah menyebar sampai pelosor negeri, dan kabar itu membuat ibunda Malin penasaran yang seakan tidak percaya akan berita itu. Ia pun memutuskan pergi sendiri melihat kebenaran yang sesungguhnya terjadi.

Pada suatu hari, ketika Malin dan istrinya berserta pengawal kerajaan tengah berjalan – jalan melihat suasana kota. mereka dihadang oleh Ibunda Malin yang telah lama menunggu kedatangan Malin dan ingin memastikan apakah itu benar – benar Malin anaknya atau bukan . . .
Bunda         :     Apa engkau Malin anakku dulu?? (sambil menatap wajah Malin kundang)
Malin           :     (karena malu melihat ibunya yang miskin, Malin pun berpura – pura tidak menenal ibunya sendiri) siapa engkau wahai wanita tua, aku tidak mengenalmu.          
Bunda         :     aku adalah ibumu Malin. Apakau lupa denganku?
Malin           :     ibuku sudah mati, wahai pengawal singkirkan wanita tua ini dari hadapanku. Aku sangat muak melihatnya.
Pengawal   :     baiklah tuan.
                           Hai kau wanita miskin menyingkirlah dari sani. Jika tidak, pedangku akan menembus tubuh tuamu itu. Cepat pergi sana ( sambil mendorong ibu itu keatas tanah yang kering )
Bunda         ;     teganya engkau Malin. Engkau telah melakukan semua ini padaku. Engkau sekarang telah durhaka kepadaku Malin.
Malin           :     diamkau wanita tua. Pergi dari hadapanku ini.
Bunda         :     (dengan hati yang sangat merah, Bunda pun mengutuk Malin kundang menjadi sebuah batu. Yang melukiskannya sebagai benda yang tidak memiliki hati)

T.A.M.A.T